Oktober Sebagai Bulan Keluarga Dalam Konteks Pendidikan Agama Kristen

 
OPINI
Oktober Sebagai Bulan Keluarga Dalam Konteks
Pendidikan Agama Kristen
OLEH:
 ERYKH LISNAHAN
GURU SMP NEGERI 6 NEKAMESE
KABUPATEN KUPANG

Pada tanggal 30 Oktober 1947 berkumpullah sejumlah pemimpin gereja, pendeta dan penatua yang memawkili jemaat – jemaat yang tersebar diberbagai pulau di kepulauan Timor sebagai proto Sinode dalam sebuah gedung gereja dari Jemaat Induk Kota Kupang. Pada saat yang bersamaan dihari berikutnya, tanggal 31 Oktober dalam pertemuan majelis jemaat maka diresmikannya gereja kota Kupang. Sejak itu berdirilah Gereja Masehi injili di Timor sebagai suatu organisasi yang mengikat beratus – ratus jemaat dalam daerah ketiga dari gereja protestan di Indonesia. (Radja Haba: hal. 2 - 3).
Inilah sebabnya bulan Oktober dicangkan oleh GMIT sebagi bulan keluarga, berdasarkan sejarahnya namun perlu untuk di ketahui bahwa kemandirian GMIT dan Gereja jauh sebelum itu sudah  ada secara yuridis formal. Hal ini terjadi karena sistuasi penjajahan oleh kolonial pada saat itu masih ada sehingga gereja terpanggil untuk mandiri. Maksudnya bahwa gereja ingin menjadi merdeka selayaknya tidak terpenjara secara iman, pengetahuan dan rasa takut yang berlebihan terhadap situasi pada waktu itu. Kondisi ini sebenarnya telah melahirkan semangat kemandirian gereja, persekutuan gereja seperti jemaat mula-mula di Yerusalem. Namun akan menjadi menarik jika kita mencoba melihat nilai-nilai Kekristenan dalam Gereja Masehi Injili di Timor tentang Pendidikan Agama Kristen.
Bulan Oktober Sebagai Bulan Keluarga.
Secara sosial kultur di Timor terdapat kebiasaan mengerjakan kebun di bulan September sampai Bulan Oktober. Oleh karena itu apa yang telah dicanangkan oleh GMIT dapat dimaknai sebagai perjumpaan jemaat dalam mengerjakan atau membuka lahan untuk menunggu datangnya hujan. Dalam mempersiapkan lahan tentunnya akan dikerjakan secara gotong-royong dalam rangka mempersiakan lahan atau kebun tersebut secara baik untuk menaman waktu turunnya hujan. Bulan Oktober sebagai puncak persiapan lahan atau kebun karena proses pembakaran kebun akan terjadi di bulan oktober. Tujuannya adalah mendapatkan sinar matahari yang baik dalam proses penjemurannya setelah itu dibakar dan di bersihkan. Proses ini tentunya memiliki nilai-nilai tersendiri berdasarkan iklim daerah Timor. Bulan Oktober sebagai bulan keluarga yang dicanangkan GMIT tentunya bukan tanpa alasan. Namun menurut saya dengan segala kebiasaan di Timor penetapan bulan Oktober memiliki hubungan dengan beberapa pendapat yang saya sampaikan di atas. Yang pertama kerena pada saat mempersiapkan lahan maka semua rumpun keluarga bekerja secara bergotong royong sehingga pada saat yang sama dapat dilakukan ibadat-ibadat di lahan masing-masing. Setelah itu untuk doa tanam akan dilakukan oleh pendeta dalam rangka meminta kepada Tuhan supaya tercurah berkat bagi jemaat dalam kebun yang telah dipersiapkan. Hal yang kedua adalah proses pembersihan kebun dengan mengeluarkan sisa-sisa bakaran. Menurut saya proses ini memberikan nilai teologis tentang bagaimana merawat keluarga Kristen seperti proses kebun yang telah dilakukan. Tujuannya agar keluarga-keluarga Kristen dapat membangun komunikasi, bergotong-royong membangun rumah tangga Kristen dalam GMIT yang kokoh secara iman tanpa meninggalkan identitasnya.
Bulan keluarga dalam kontek Pendidikan Agama Kristen
Bulan keluarga dalam konteks pendidikan agama Kristen merupakan hal subtansi yang mungkin saja telah mengalami degradasi karena dipengaruhi oleh berbagai faktor baik secara internal dan eksternal. Secara internal misalnya yang pertama, soal kebijakan gereja yang lebih bereforia soal fisik dan mengabaikan Roh dari pelayanan itu sendiri. Yang kedua soal gereja yang mengesamping kan peran pendidikan agama Kristen dalam setiap program-program kerjanya. Faktor eksternal misalnya soal pengaruh modernisasi yang membuat manusia sibuk dengan kepentingan dirinya sendiri. Akan tetapi mungkin menjadi menarik jika kita melihat peran pendidikan agama Kristen dalam kelurga Kristen. GMIT dalam menjalankan misinya ada tiga hal penting yaitu: pekabaran injil, pendidikan, dan kesehatan. Pendidikan Agama Kristen sebenarnya memiliki peran penting dalam keluarga dan gereja.
Hakekat Pendidikan Agama Kristen pada dasarnya harus dimulai dari lingkungan keluarga. Mengapa? Karena dari keluargalah kita pertama kali diajar tentang hal-hal yang benar yakni Iman, pendidikan dan budaya. Sehingga keluarga menjadi titik tolak dari pendidikan agama Kristen itu sendiri. Dalam perkembangannya pendidikan agama Kristen pun tidaklah terlalu nampak di kalangan Gereja Masehi Injili di Timor. Meskipun bulan Oktober ditetapkan sebagai bulan keluarga oleh GMIT, namun peran pendidikan agama Kristen pun belum mendapat ruang yang signifikan dalam GMIT. Sehinga hal ini mengisyaratkan bahwa kebiasaan orang tua untuk menasehati anak pada saat jam makan malam, menasehati pada saat bekerja dikebun, diskusi bahkan cerita-cerita alkitab harusnya menjadi perhatian orang tua untuk diangkat kembali sebagai modal untuk membentuk karakter anak dalam keluarga Kristen. Seyogianya hal-hal yang saya sebutkan tadi mulai tergeser misalnya soal ruangan makan sudah diganti dengan ruangan nonton televisi, ruang diskusi dalam keluarga Kristen sudah di rampas oleh perkembangan teknologi sehingga anak-anak atau orang tua selalu berkomunikasi dengan Handphone. Ada hal yang tak kala menarik misalnya ada sebagaian Pendeta, Penatua, Diaken atau Pengajar tidak lagi membawa alkitab ke gereja namun menggunakan Handphone yang memiliki vitur alkitab dan kidung jemaat elektronik. Bagi saya menggunakan teknologi merupakan hal positif namun harusnya diperhatikan dampaknya karena nilai-nilai Kristen dalam keluarga dengan sendirinya akan mengalami pemudaran yang berpontesi hilangnya keaslian dari nilai Kristen itu sendiri. Untuk itu pendidikan agama Kristen harus menjadi pilar bagi pertumbuhan karakter keluarga Kristen yang kokoh. Dalam pendidikan agama Kristen seorang anak akan selalu mengikuti kebiasaan orang tua dan tokoh tokoh gereja sehingga peran orang tua dalam memberikan pemahaman tentang pendidikan agama Kristen harus sejalan dengan sikap dan perilaku meskipun seiring berkembangnya jaman.
Kesimpulannya bahwa yang pertama pada momen bulan kelurga ini marilah kita jadikan sebagai wujud kepedulian antar anggota keluarga, untuk kembali merajut ikatan keluarga Kristen yang kuat dalam iman. Yang kedua pendidikan agama Kristen seharusnya dapat diberikan ruang untuk membentuk karakter anak-anak mulai dari keluarga, sekolah minggu dan kelas katekasasi. Yang ketiga budaya dan nilai pendidikan agama Kristen seharusnya dikuatkan kembali dalam rangka menciptakan generasi anak-anak GMIT yang  beriman, cerdas dalam pendidikan agama Kristen, taat kepada orang tua serta mampu memberikan kontribusi sebagai garam dan terang dunia. Selamat merayakan bulan keluarga!!!


Komentar

Postingan populer dari blog ini

legenda ikan foti (jalan menuju batu kematian)

LIL AU NOL DAEL BANAN