legenda ikan foti (jalan menuju batu kematian)


 “LEGENDA IKAN FOTI”
(Jalan Menuju Batu kematian)

Legenda ikan Foti adalah peristiwa masa lalu yang menceritakan tentang kehidupan seekor ikan yang telah hidup dan memiliki peran yang penting dalam menjaga istana pantai selatan. Cerita tentang ikan Foti memang sering kita dengar namun kita tidak mengetahui secara pasti bagaimana cerita legenda ikan Foti. Untuk itu ijinkan saya mengisahkan cerita masa lalu berdasarkan hasil wawancara dengan bapak Timotius Koeslulat. Dalam cerita itu, beliau berpesan bahwa cerita tentang sejarah masa lalu jangan salah cerita atau tidak memutarbalikkan fakta cerita karena bisa berumur pendek. Nah teman-teman untuk menuturkan cerita ikan Foti maka saya meminta ijin agar cerita ini dapat dituturkan dengan baik.

Ikan Foti adalah nama suatu tempat yang menghubungkan Kecamatan Nekamese dan Kecamatan Amarasi Barat Kabupaten Kupang. Tempat ini berbukit, berlembah dan bergunung-gunung  serta dihiasi dengan hutan yang ditumbuhi dengan bermacam-macam pohon.
 






            

Alkisah ikan Foti menjadi legenda hidup yang diceritakan sampai dengan saat ini, ikan Foti juga banyak menyimpan cerita mitos. Dikisahkan oleh bapak Timotius Koeslulat dulunya ikan Foti tidak pernah longsor namun karena tersimpan masalah yang sampai hari ini belum terselesaikan maka tanah tersebut terus-menerus longsor. Masalah tersebut adalah batas wilayah Helong dan Amarasi, karena perselisihan itulah maka ikan Foti akan terus mengalami longsor.  Tempat itu merupakan jalur yang paling cepat untuk menghubungkan Pantai Selatan dan Babau, biasanya jalur tersebut adalah rute atau jalan bagi para roh leluhur ketika mereka meninggal dan rohnya akan berjalan menuju pantai di Ui Sain atau Oe Sain. Jalur ini memang dianggap keramat  sampai dengan saat ini.
Di tempat tersebut, konon dalam legenda ikan Foti telah hidup seekor ikan paus dengan kepala bertanduk tiga dengan panjang sekitar 7 meter. Setiap bulan purnama ikan tersebut akan keluar ke daratan dan berjalan layaknya manusia. Ikan tersebut keluar saat bulan purnama karena mendapat tugas sebagai pengawal atau penjaga istana pantai selatan,saat purnama tiba malam menjadi terang dan menjadikan hutan di ikan Foti sebagai rumah yang diibaratkan istana untuk perjumpaan semua makhluk malam di bumi dan peristiwa itu dianggap sebagai pesta para makhluk malam, pesta tersebut bertujuan untuk membawa arwah para leluhur untuk masuk kembali dalam air kehidupan dan tercatat pada batu kematian di Ui Sain / Oe Sain. Setiap orang Helong dan Amarasi yang akan mengalami kematian, namanya sudah tertulis dengan sendirinya pada batu kematian di Ui Sain atau Oe Sain, tepatnya di tebing tepi pantai dan batu itu berbentuk seperti dinding.
Jalur Ikan Foti menurut bapak Timotius Koeslulat merupakan pintu gerbang menuju istana ratu pantai selatan. Ketika purnama tiba maka ikan tersebut memiliki tugas untuk keluar dan melihat kondisi di daratan dengan rute perjalanan dari pantai selatan yang tepatnya dari Ui Sain menuju ke Babau. Rute ini merupakan perjalanan menuju ke istana pantai selatan yang secara mitos menjadi tempat keramat. Dimana ikan bertanduk itu akan mengantar arwah orang yang meninggal menuju batu kematian sebagai tempat peristirahatan terakhir para arwah.  Setelah arwah para leluhur sampai di dinding batu kematian maka tugasnya pun selesai.
Dalam ceritanya tempat ini disebut ikan foti karena, konon ikan yang bertanduk itu keluar dari laut Ui sain dan berjalan menuju Babau kemudian sekembalinya, tanduk ikan itu bergoyang dan mengeluarkan air yang saaaaaaaangat banyak di setiap rute perjalanannya. Semakin ikan itu berjalan..... maka air pun mengikutinya dari belakang. Namun ketika tiba di tempat yang sekarang di sebut ikan foti, ternyata ayam telah berkokok pertanda matahari akan terbit. Seketika ikan itu pun membentuk terowongan seperti jalan dan masuk melalui terowongan tersebut dengan tujuan untuk menghindari datangnya pagi. Setelah terowongan itu terbentuk, maka ikan tersebut menarik semua air yang telah keluar dari tanduknya masuk ke dalam terowongan di bawah tanah dan terus berjalan di dalam tanah menuju pantai selatan. Karena perbuatan dari ikan tersebut maka telah terbentuk mata air dekat Ikan Foti di bawah kampung yang bernama Tunan. Tunan artinya mengantar. Melihat akan peristiwa itu, maka ratu pantai selatan yang disebut “Upu Tasi” atau Nenek Laut sangattttt marah dan memberi hukuman kepada Ikan Foti untuk tidur di bawah tanah yang berlumpur pada terowongan yang telah dibuatnya, dengan tujuan menghambat masuknya air laut ke daratan. Karena tempat yang disebut Ikan Foti merupakan tempat pertemuan para leluhur untuk membuat perjanjian dengan orang yang masih hidup.
Dalam legenda Ikan Paus yang bertanduk ini terus diceritakan oleh bapak Timotius Koeslulat. Sebenarnya ikan paus tersebut hendak membuat rute air laut di atas tanah kering, yang akan menghubungkan air laut pantai selatan dan Babau di Kupang Timur Kabupaten kupang. Namun karena waktu itu ikan tersebut gagal maka ikan tersebut hanya mampu membuat terowongan. Namun karena keinginan ikan itu tetap ada, maka suatu hari ikan tersebut pun keluar untuk mengintai perkembangan dan berjalan di daratan tanah kering. Dalam perjalannya tersebut sekitar abad 16 ketika Bangsa Portugis masuk ke Timor, menurut cerita bapak Timotius Koeslulat ada seorang pemuda yang melihat keberadaan ikan tersebut. Nama depan pemuda itu tidak di ketahui hanya marganya yaitu Sinlaeloe dan berasal dari Pulau Rote. Orang Rote tersebut melihat ikan itu seperti seekor rusa jantan karena memiliki tanduk. Kemudian ia mengambil senjata dan mengarahkan tepat pada kepala ikan tersebut “panggggggggg” dan ikan itu pun seketika terjatuh. Kemudian orang Rote itu mendekat namun ia tidak melihat ikan tersebut, ia hanya menemukan sebuah mata air kecil seperti seguci. Ia pun merasa aneh lalu meninggalkan tempat tersebut. Dalam cerita Bapak Timotius Koeslulat mata air itu dalam keheningannya mampu mengeluarkan bunyi gemuruh seperti gelombang air laut dan airnya berwarna biru. Mata air tersebut memiliki hubungan mitologi dengan keluarga Koeslulat, karena keluarga Koeslulat merupakan kepala suku Helong. Memang hanya orang tertentu yang dapat sampai dan menyaksikan mata air tersebut.



 








Nah teman-teman ikan itu pun akhirnya hilang entah kemana, namun berdasarkan cerita bapak Timotius Koeslulat bahwa hubungan antar manusia dan alam sebenarnya tidak bisa terpisahkan, sama halnya pada zaman dahulu manusia dan leluhurnya tidak bisa dipisahkan. Memang terdengar cerita ini seperti cerita dongeng dan berbau mistis. Namun sesungguhnya pada zaman itu jika manusia dapat melihat makhluk di luar nalarnya maka makhluk itu akan menjadi malu dan lenyap seketika serta tidak akan kembali seperti cerita Ikan Foti yang hanya meninggalkan jejak mata air sebagai terowongan yang membuktikan bahwa Ikan Foti pernah hidup di atas tanah kering. Ikan Foti berasal dari dua suku kata yakni Ikan dan Foti, Ikan artinya ikan sedangkan Foti artinya bergoyang atau menari. Jadi Ikan Foti artinya Ikan yang berjalan sambil bergoyang atau menari.
Mata air yang dibuat oleh ikan tersebut, pada akhirnya digunakan oleh orang-orang Helong sebagai sumber air minum dan saat ini  dipakai sebagai sumber air pertanian bahkan digunakan juga untuk keperluan lainnya seperti mencuci dan mandi. Dari mata air tersebut telah dibuat bak penampungan untuk kepentingan masyarakat di sekitar wilayah Ikan Foti.
Sumber: Dokumen SMPN 6 Nekamese
Cerita Ikan Foti memang penuh dengan mitos, namun dalam wawancara bapak Timotius menyampaikan bahwa Ikan Foti adalah legenda hidup dan terpatri dalam keluarga keturunan marga Koeslulat. Menurutnya dia tidak pernah hidup di jaman Ikan Foti. Namun dari keyakinannya bahwa Ikan Foti adalah kenyataan yang terkubur karena orang helong takut menceritakannya. Karena sangat mistis dan dalam penuturannya jika salah pasti akan mati. Ikan Foti sebenarnya kalau di kaitkan dengan pantai istana pantai selatan yang di huni oleh bi Upu lahi tasi yakni opa raja laut, maka ikan foti bisa dikatakan sebagai anak dari “Upu Lahi Tasi” atau opa raja laut. Dalam sebutan orang Helong “Upu Lahi Tasi” di identik dengan buaya, buaya dalam bahasa helong disebut “Upu Lahi”. Jadi sebenarnya kalau cerita ikan foti memang tidak dapat dinalar namun dapat kita katakan bahwa ikan foti sebagai utusan dari “Upu Lahi” untuk mengawasi rute perjalan arwah orang yang sudah mati. Mungkin juga ikan foti sebagai jembatan untuk menghubungkan arwah orang sudah mati atau meninggal untuk sampai kepada sonaf atau istana pantai selatan yang dihuni oleh opa raja laut yakni seekor buaya.
Jadi dari cerita bapak Timotius saya menyimpulkan hal sederhana bahwa dipulau timor yang identik dengan buaya merupakan upu lahi atau opa raja di pulau Timor. Sehingga yang berkuasa atau yang menjadi raja atas tanah timor adalah seekor buaya.
Menurut bapak Timotius Koeslulat sampai dengan hari ini Ikan Foti menjadi legenda yang hidup, karena setiap bulan purnama terdengar seperti “ada pesta yang meriah di hutan Ikan Foti, terdengar bunyi-bunyian gong mengiringi tarian dan nyanyian yang tidak dapat dipahami maknanya”.  Lanjut bapak Timotius Koeslulat supaya tanah Ikan Foti tidak longsor maka satu-satunya cara adalah mengembalikan batas wilayah Helong dan Amarasi berdasarkan perjanjian raja Helong dan raja Amarasi yaitu mempersembahkan dua perempuan untuk menjaga batas wilayah masing-masing.
Dalam perjanjian tersebut kedua raja berjanji kepada kedua perempuan tersebut untuk menjaga kesepakatan antara raja Helong dan raja amarasi. Kesepakatan itu ditandai dengan dibunuhnya kedua perempuan yakni Bi Pot Besi dari suku Helong dan Bi Sos Lasi dari suku Amarasi.
Ikan Foti dalam sejarah batas wilayah Helong dan Amarasi adalah suatu kesepakatan yang dibangun berdasarkan keinginan ke dua raja yakni raja Helong dan Amarasi. Suku Helong adalah suatu kumpulan manusia yang datang dari matahari terbit dan menempati wilayah Timor bagian barat. Konon dalam cerita sejarah Helong tidak terlepas dari mitos-mitosnya yang terkubur karena para penuturnya takut untuk menceritakan. Namun dari hasil wawancara dapat terungkap napak tilas dari perjalanan orang Helong dari satu tempat ke tempat lain.
Menurut bapak Timotius Koeslulat, yang menjadi alasan mengapa orang Helong tidak mau menceritakan sejarahnya mereka karena takut mati. Dalam wawancara tersebut  bapak Timotius Koeslulat berpesan bahwa sejarah tidak boleh salah dalam ceritanya sehingga beliau menyampaikan kalau beliau salah cerita pastilah mati dalam kurun waktu tiga bulan begitu pula dengan setiap orang yang membantah dalam jangka waktu tiga bulan pun pasti mati.




Komentar

  1. Akhirnya bisa dpt cerita ikan foti yg jelas setelah penasaran dengar desas desus cerita org2 tua dulu ❤️

    BalasHapus
  2. Akhirnya bsa tau juga sejarah ikan foti. Terimakasih bapak timotius koeslulat 🙏🙏

    BalasHapus
  3. Akhirx bisa tau crta ttg ikan foti,,. 🙏🙏

    BalasHapus
  4. Dengan sekarang kita sudah memulai hidup dimana semua sudah ketergantungan dengan sosmed , hanya bisa berdoa semoga anak cucu kita tidak pernah lupa dengan sejarah yang pernah ada di pulau timor

    BalasHapus
  5. Terima kasih untuk ceritanya!
    ui sain/oe sain persis seperti yang diceritakan kakek nenek saya belasan tahun lalu

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

LIL AU NOL DAEL BANAN

Oktober Sebagai Bulan Keluarga Dalam Konteks Pendidikan Agama Kristen