MENGENANG SANG INSPIRATOR PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIA

MENGENANG SANG INSPIRATOR PENDIDIKAN NASIONAL INDONESIA
(Ki Hajar Dewantara)
Oleh Erykh Lisnahan
Guru Pada SMP Negeri 3 Nekamese Kabupaten Kupang

Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta tanggal 18 Mei 1889 sebagai putera dari KPH Suryaningrat dan cucu dari Pakualam II. Nama asli Ki Hajar Dewantara adalah R.M. Suwardi Suryaningrat. Namun di usianya yang ke 39 tahun Ia berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara dan dialah pendiri perguruan tinggi nasional siswa, yang didirikan pada 3 Juli 1922 (Menggugat Pendidikan Indonesia, 167). Ki Hajar Dewantara adalah seorang tokoh Pendidikan nasional Indonesia memprakarsai Tut Wuri Handayani sebagai semboyan pendidikan Indonesia. Beliau juga di kenal dengan pemikirannya tentang tujuan pendidikan Indonesia yakni mencerdaskan anak bangsa dengan tidak menghilangkan budaya atau aset lokal. Karena budaya atau aset lokal merupakan aset Negara yang memiliki nilai luar biasa yang harus di pelihara dan dijaga oleh Bangsa Indonesia. Dari model pembelajaran sampai pada desain lembaga pendidikan pun di kemas berdasarkan karakter bangsa Indonesia yang sangat beragam dengan letak geografis wilayah kepulauan. Hal inilah yang mendorong Ki Hajar Dewantara mendesain pendidikan yang diibaratkan seperti taman. Yang tujuannya membuat pembelajaran menjadi menyenangkan, memotivasi, mendorong siswa atau peserta  didik untuk terus belajar dengan kemauan lahiriah.
Dari konsep – konsep yang telah di tuangkan telah membuat indonesia berkembang secara modern namun sayang nya pemikiran tersebut belum dijalankan secara valid karena dipengaruhi oleh berbagai kepentingan politik yang mengarahkan sistem pendidikan tidak pada jalurnya yaitu mencerdaskan anak bangsa, tetapi lebih pada pergantian kurikulum  berdasarkan regulasi yang mengahabiskan angaran Negara dengan nilai proyek yang fantastis adu hai. Ini membuat pendidikan Indonesia ibarat panggang jauh dari api (Mengutip M. Yamin), maksudnya bahwa tokoh penggagas telah mempersiapkan ide atau konsep yang luar biasa namun saat ini belum dijalankan secara efektif dan  komrehensif.  Pendidikan Indonesia telah mengalami kemuduran secara etika dan moral. Padahal rancangan pendidikan Indonesia dari awalnya telah terbentuk karakter yang luar biasa dengan etika dan moral ke Indonesiaan yang kuat dan kental dengan nilai regius dan nilai budaya yang tidak mudah di rasuki oleh kepentingan barat.
Pemikiran dari Ki Hajar Dewantara yang telah melegenda dengan konsep – konsep asli Indonesia dengan 5 panca darma yakni Asas Kemerdekaan, asas kodrat alam, asas kebudayaan, asas kebangsaan dan asas kemanusiaan. Dari kelima panca darma telah melegitimasi pembelajaran dengan unsure budaya Indonesia, sehingga dapat terciptanya pendidikan karakter yang kuat dan kokoh. Dengan pola seperti ini akan meningkat kognitif, afektif dan psikomotorik peserta pembelajaran yang berkualitas. Oleh karenanya untuk menempatkan pendidikan Indonesia yang berkarakter seharusnya pendidikan di jauhkan atau di bersihkan dari kepentingan politic. Karena sesunggungguhnya dasar pendidikan Indonesia  telah diletakan dengan fondasi dan filosofi yang  mengakar untuk mengobarkan Roh yang mengispirasi dengan tujuan mencerdaskan semua anak bangsa.
Pemikiran penting dari Ki Hajar Dewantara, yakni Mencerdaskan anak bangsa dengan tidak menghilangkan budaya local yang merupakan aset NKRI yang memiliki nilai luar biasa. Sehingga perlu untuk dijaga supaya hal ini menjadi Kekayaan NKRI di masa yang akan datang. Pemikiran Ki Hajar Dewantara sangat berdampak bagi perkembangan Indonesia dari sebelum kemerdekaan dan saman setelah kemerdekaan. Salah satu hal yang menarik adalah 5 panca darma yang juga merujuk pada konsep-konsep pancasila. Oleh karenanya sebelum pemerintah mencanangkan pendidikan karakter maka tokoh pendidikan nasional kita telah terlebih dahulu merumuskan pendidikan karakter sebagai Fondasi Bagi penanaman nilai karakter kebangsaan yang kuat bagi setiap generasi emas Indonesia.
MENGGUGAH SISTEM PENDIDIKAN
Kalau sang inspirator telah menempatkan pendidikan dengan tujuan mencerdaskan anak Bangsa tanpa meninggal budaya local. Bagamana dengan perkembangan pendidikan di NTT dan kota Kupang secara mikro? Apakah telah dijalankan sesuai dengan amanat pembukaan UUD alinea ke 4? Ataukah sebaliknya pendidikan di kota Kupang masih di ibaratkan seperti dipanggang jauh dari api?
Kualitas pendidikan dari masa ke masa telah mengalami perkembangan yang baik, namun kenyataan ada banyak pekerjaan rumah yang harus di kerjakan, mulai dari merosotnya nilai – nilai etika, moral yang hampir menjadi bagian dari perilaku pelajar yang seakan tidak mencerminkan nilai kemanusiaan. Apakah perilaku yang fenomenal ini menjadi tanggungjawab lembaga pendidikan atau sekolah ataukah guru. Pertanyaan ini menjadi hal penting karena setiap persoalan yang dialami oleh siswa pasti yang disalahkan adalah guru. Kejadian seperti ini sudah menjadi kebiasaan di kota kupang, bahkan dengan berlandaskan HAM guru selalu saja pada bagian yang di salahkan. Konteksnya bahwa model pembelajaran  yang dibangun lembaga pendidikan saat ini lebih mengarah pada mengikuti perkembangan modernisasi. Namun sayangnya banyak budaya local yang terabaikan, misalnya soal budaya menenun, dan berbahasa daerah. Dari kedua contoh ini menggambarkan bahwa kondisi pendidikan di NTT telah kontekstual, namun soal pendidikan local kurang diberikan ruang, hal ini akan berdampak pada anak-anak muda tidak mengenal budaya sendiri bahkan akan lebih banyak mengenal budaya luar. Bahkan soal bahasa daerah, seharusnya guru atau pihak sekolah memberi ruang kepada siswa untuk dapat berbahasa ibu, karena dari hal seperti inilah anak didik tidak mudah melupakan bahasanya sendiri. Orang di NTT Lebih mudah meniru dialek jawa dari pada  mempertahankan dialek nya sendiri. Bahkan para remaja, orang muda dan orang tua ketika berhadapan dengan mas-mas penjual bakso yang adalah  orang dari luar NTT dialek NTT nya  tidak di munculkan yang ada hanya dialek jawa nya yang di munculkan. Mungkin ketika semua membaca tulisan ini akan tertawa namun, jikalau direnungkan maka sesungguhnya orang NTT lebih suka dengan budaya luar ketimbang budayanya sendiri.
Jikalau demikian maka saya berandangan bahwa Ki Hajar Dewantara, telah merumuskan satu pemikiran besar tentang NKRI dalam konsep-konsep pendidikan yang akan  berkembang berdasarkan regulasi dan perkembangan saman:
Pertama; harusnya pendidikan saat ini perlu di buat dengan semangat membangun nilai budaya asli Indonesia, NTT dengan konsep pendidikan karakter sesuai kearifan local begitu pula  dengan provinsi lainnya. Berbicara kearifan local maka wajib NTT keluar dengan budayanya, bicara Indonesia. Maka NTT keluar sebagai Indonesia. Dari konsep ini maka budaya Indonesia yang beragam dan memiliki nilai akan terjaga dan terpelihara secara permanen dari masa ke masa. 
Yang kedua, Desentralisai pendidikan berdasarkan pembagian wilayah Indonesia timur, dan barat, mungkin merupakan solusi supaya tetap menjaga amanat Ki Hajar Dewantara tentang menjaga nilai budaya yang merupakan asset NKRI. Mengapa harus desentralisasi karena menurut saya Indonesia dengan Letak geografi Negara kepulauan seharus memetakan pendidikan sehingga mempermudah ruang pengontrolan dan menjadi nilai budaya lainnya. Namun hal ini di perlukan pengkajian dalam rangka mendapatkan bingkai
Hari ini adalah hari pendidikan nasional, konsep pendidikan yang ideal bukan hanya terletak pada konsep, idea tau gagasan namun lebih dari padanya adalah soal ketahanan manusia yang berbudaya yang terus berjuang untuk mempertahankan sesuatu yang benar dan menjadi Ikon serta Kenyataan untuk mencerdaskan kehidupan manusia. Pada kenyataanya terjadi kesenjangan pendidikan antara Indonesia bagian timur dan Indonesia bagian barat. Sehingga desentralisasi kurikulum bagi saya adalah sangat tepat karena berdasarkan konsep dasar pendidikan untuk menjaga potensi local yang dimiliki oleh NKRI. Selamat bagi setiap insane pendidikan di Negeri ini, kiranya momentum hardiknas pada hari ini terus menggoresi dengan menuliskan dalam setiap sanubari kita tentang arti sebuah konsep, ide bahkan gagasan dari seorang inspirator pendidikan bagi negeri yang kita cintai.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

legenda ikan foti (jalan menuju batu kematian)

LIL AU NOL DAEL BANAN

Oktober Sebagai Bulan Keluarga Dalam Konteks Pendidikan Agama Kristen