filosofi gelang bungtilu


FILOSOFI GELANG BUNGTILU
                                                                            DALAM BUDAYA ADAT HELONG        
 
oleh Erykh Lisnahan


Dalam penulisan saya tentang mungkinkah Timor adalah sebuah suku? Pada tanggal 11 juli 2017, terus menginspirasi saya, betapa banyaknya kekayaan budaya lokal dan cerita cerita rakyat yang dimiliki pulau Timor dan harus digali untuk memperkaya pemahaman intelektual kita mengenai pulau yang kita diami. Dari arti kata Timor yakni sampai atau tiba harus berdoa tentunya akan menginspirasi dan mendorong kita untuk berinovasi dalam rangka menciptakan eksistensi manusia yang beradap, berkualitas, berkarakter. Dari hal ini saya mencoba untuk menelusuri tentang makna Gelang Bungtilu yang dipakai oleh orang Helong. Gelang Bungtilu adalah perhiasan tangan yang selalu dipakai oleh orang Helong. Model gelang ini terdapat tiga bulatan menyerupai bunga yang di tempatkan pada satu tempat yang melingkar memenuhi gelang tersebut. Gelang Bungtilu terbuat dari perak dan diperkirakan sudah ada sejak beberapa abad yang lalu. Konon gelang tersebut menunjukkan ciri atau identitas suatu suku atau kelompok masyarakat di pulau timor yakni suku helong. Gelang Bungtilu ini dalam adat istiadat perkawinan, maka di pakai sebagai tanda ikatan yang sah bagi seorang laki dari suku Helong. Jika gelang bungtilu di berikan kepada seorang perempuan maka perempuan tersebut tidak boleh berpindah pilihan ke orang lain, mengapa? karena di yakini perempuan tersebut akan mendapatkan malapetaka. Hal ini terjadi karena pemberian gelang tersebut adalah lambang ketulusan dan kebesaran hati dari seorang laki kepada seorang perempuan yang akan dijadikan istri. Gelang bungtilu merupakan perhiasan tanggan yang masih di pakai dan sangat sulit bagi pemiliknya untuk menjual. Konon diyakini bahwa jika gelang bungtilu dijual maka akan terjadi kematian sampai putus keturunannya.








Gelang Bungtilu dan Nusa Bungtilu
Bungtilu berasal dari bahasa Helong, terdiri dari dua suku kata yakni Bunga dan Tilu. Bunga artinya Bunga atau kembang,  tilu artinya tiga. Jadi Bungtilu artinya Bunga Tiga. Bunga Tilu (bungtilu) dalam sebutan orang helong identik dengan pulau semau. Dalam legenda terdapat seorang putri yang rambutnya panjang dan melingkari keseluruhan pulau semau. Dan putri tersebut  selalu berada diatas bunga yang memiliki tiga warna tersebut yakni merah, putih dan biru. Warna merah melambangkan keberanian, warna putih melambangkan ketulusan dan kesucian, dan warna biru melambangkan persahabatan. Dalam legenda cerita bungtilu, konon akan muncul pada waktu waktu tertentu dan hanya orang orang tertentulah yang dapat melihatnya dan di percaya orang tersebut akan mendapatkan berkat atau sesuatu yang bermanfaat. Bungtilu menjadi indentitas yang menghilang dari pandangan namun sampai saat ini symbol simbolnya masih terjaga seperti gelang yang di hiasi dengan simbol Bungtilu. Bungtilu bukan hanya slogan tanpa arti namun bungtilu menjadi Roh yang terus hidup dalam setiap lantunan bahasa syair. Bungtilu menunjukkan bahwa identitas Helong yang bersahabat, berani, dan pantang menyerah. Gelang Bungtilu dalam penyebarannya pun dapat di jumpai di berbagai wilayah di pulau timor yakni Kupang, kabupaten Kupang (Fatu leu,Amfoang, Amarasi, Nekamese, Taebenu, Amabi Oefeto) dan pulau semau. Ada korelasi antara gelang bungtilu dan Nusa Bungtilu yang disebut semau yakni gelang bungtilu merupakan simbol dari mitologi Nusa Bungtilu.  Jadi gelang di pakai oleh setiap orang dengan corak Bunga Tiga (Bungtilu) maka orang tersebut adalah keturan dari suku helong. Gelang Bungtilu dalam penggunaannya tidak hanya sebagai hiasan pada tangan belaka, namun dulunya jika dipakai pada tangan kanan berarti memiliki makna orang tersebut akan pandai dalam hal pemerintahan suatu wilayah dan jika dipakai pada tangan kiri maka orang tersebut akan fasif dalam tuturan bahasa adat dan penyelesaian masalah masalah adat.

Bungtilu dalam konteks Basan atau Syair Helong.
Dalam konteks basan / syair bahasa Helong Bungtilu selain di sebut Bunga Tiga, memiliki makna lain yaitu Bunga Tilun yang artinya kalau diterjemahkan, Bunga artinya berbunga dan tilun artinya berbuah, jadi Bunga Tilun artinya berbunga dan berbuah. Kata ini memiliki filosofi sangat dalam yakni ibarat manusia yang menikah dan memiliki banyak sekali keturunan yang mendiami setiap tempat di pulau timor. Keturunan dari Bungatilun harus menunjukkan sikap santun dan suka menolong. Namun apabila ada orang mengganggu kenyamanan atau ketentraman mereka barulah membalas. Bungatilun adalah suatu ungkapan yang sangat halus dengan perasaan sayang dalam menyebut anak cucu atau generasi penerus. Oleh karena itu generasi saat ini perlu mempelajari cerita cerita rakyat sebagai bentuk didikan dalam perkembangan sosial, budaya, etika, dan karakter. Dengan cara ini kita terbantu untuk melihat sejarah sebagai teropong yang menginspirasi generasi muda untuk berinovasi.

Simbol Gelang Bungtilu dalam pembangunan wajah kota kupang.
Dalam perkembangan pembangunan di Kota Kupang dari masa kemasa telah mengalami perubahan yang baik, diantaranya soal infrastruk jalan, gedung dan jembatan. Salah satu pembangunan yang akan menjadi perhatian kita saat ini yakni jembatan petuk di Kelurahan Kolhua, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang dengan panjang 320 M. jembatan ini akan menjadi tempat rekreasi baru, jembatan yang dibangun dengan model dan desain yang modern akan primadona wisata baru khusus di Kota Kupang. Apalagi hampir semua pekerja didatangkan dari pulau jawa dan jemabatan tersebut di kerjakan oleh PT Hutama Karya dan PT. Bunga Raya. Oleh karena itu di harapkan agar pembangunan jembatan petuk dapat menunjukkan ciri atau memperlihatkan identitas kearifan lokal Suku Helong di Kelurahan Kolhua. Kearifan lokal yang dimaksudkan misalnya ucapan syair adat Helong, sehingga kalau di perkenankan maka saya tawarkan beberapa konsep, yang pertama bahasa syair sebagai berikut:  LAOK MA NOL ITIN BANAN , artinya selamat datang dan tiba dengan selamat. Kalimat syair adat ini sebagai doa bagi setiap orang yang melewati atau melintasi jembatan petuk di Kolhua yang tinggi dan panjang. Yang Kedua Gelang Bungtilu dijadikan sebagai ikon yang mencirikan kearifan budaya Helong dengan cerita Bungtilu. Karena salah satu benda peninggalan leluhur helong yang masih banyak di jumpai adalah gelang dengan motif bungtilu. Yang Ketiga mungkin juga simbol buaya sebagai leluhur orang Helong, yang disebut dalam Bahasa Helong “Upu  Lahi” artinya Bai atau Opa Raja. (Luitnan dalam Koepang tempo Doeloe, 26). Namun dalam penulisan ini saya lebih tertarik untuk Gelang Bungtilu diabadikan dalam pembangunan jembatan petuk sebagai simbol identitas yang perlu diangkat kembali. Harapan saya adalah dengan tulisan ini akan mendorong pemerintah, swasta maupun steakholders lainnya dapat memperhatikan hal ini agar setiap pembangunan dapat mengabadikan kearifan lokal sehingga menjadi pengetahuan umum. Khususnya jembatan petuk harus menjadi perhatian untuk memasang segala bentuk pernak pernik yang bernilai budaya. Karena khusus untuk wilayah kota Kupang kelurahan Kolhua menjadi satu satunya tempat yang dihuni oleh suku Asli Helong.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

legenda ikan foti (jalan menuju batu kematian)

LIL AU NOL DAEL BANAN

Oktober Sebagai Bulan Keluarga Dalam Konteks Pendidikan Agama Kristen